WiGa,-Namanya juga UKM MAHASEGA (Mahasiswa Seni Widya Gama) STIE Widya Gama Lumajang. Maka ketika merayakan kelahirannya, jelas nuansa seni yang mendominasi. Seperti yang pada Dies Natalis ke – 4 di Auditorium Semeru. Sejumlah aksi seni ditampilkan, mulai musik, puisi dan dance. Belum lagi, pintu masuk acara yang dikemas khas pelaku seni, jauh dari suasana formal alias penuh kreasi. Di sela-sela acara ada pemotongan tumpeng yang dihadiri jajaran rektorat, antara lain Wakil Ketua II dan Wakil Ketua III STIE WIdya Gama Lumajang dan perwakilan mahasiswa. .
Wakil Ketua III STIE Widya Gama Lumajang, Mohammad Hudi Setyobakti SE, MM mengatakan Dies Natalis suatu organisasi merupakan sesuatu hal yang lumrah. ‘’ Untuk itu diperlukan pemahaman agar Dies Natalis tidak bergeser dari tujuan awal,’’ kata di sela-sela Dies Natalis MAHASEGA ke – 4. . Yaitu, sebagai wahana instrospeksi dan refleksi.

Lebih lanjut Hudi, panggilan akrabnya, kesenian yang ada tidak bias dilepaskan begitu saja dari kebudayaan. ‘’Seni adalah budaya, dan budaya meskipun budaya tidak hanya seni,’’tambahnya. . Sehinggag makna budaya juga perlu menjadi perhatian MAHASEGA untuk dikembangkan. ‘’Bicara budaya maka perlu juga bicara tentang modal social,’’ lanjutnya. Sikap dan perilaku secara positif adalah contoh pembudayaan nilai. ‘’ Untuk itu MAHASEGA harus bisa mnjadi motor penggerak pembudayaan perilaku positif bagi mahasiswa,’’ harap Mohammad Hudi Setyobakti. (Nul)