WiGa,-Empat permasalahan utama yang dihadapi oleh pendidikan tinggi di Indonesia yaitu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, kualitas mutu perguruan tinggi, relevansi kualifikasi SDM lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja, dan karakter kebiasaan manusia Indonesia.

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Profesor Dr Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D Pada awal pemaparan materinya Ali Ghufron menyampaikan data bahwa jumlah perguruan tinggi di Indonesia termasuk terbesar di dunia, yakni sebanyak 4539 Perguruan Tinggi. Hal ini menunjukkan Indonesia termasuk negara yang memberikan cukup kebebasan untuk membuka perguruan tinggi. “Apabila dibandingkan dengan Cina yang memiliki jumlah penduduk sebesar 1,5 milyar, Indonesia masih mengungguli, sebab jumlah Perguruan Tinggi di Cina hanya sekitar 1500-an,” memulai paparanya.

Jumlah perguruan tinggi yang besar ini menurut Ali otomatis menghasilkan jumlah lulusan yang besar pula. Namun, dengan melimpahnya jumlah lulusan perguruan tinggi. Terdapat beberapa permasalahan yang muncul. Salah satu yang menjadi sangat penting adalah tentang relevansi kompetensi. “SDM yang diproduksi perguruan tinggi jumlahnya besar, namun relevansi  kompetensi  mereka yang kurang sesuai dengan kebutuhan dunia menjadikan mereka kurang terserap, sehingga timbullah banyak pengangguran,” papar pria kelahiran Blitar, 17 Mei 1962 ini.

Ia menambahkan terdapat data yang cukup mencengangkan, di mana mahasiwa Indonesia hanya sekitar lima persen yang menempuh program studi pertanian, 16 persen teknik, sedangkan yang terbanyak lulusan bidang sosial dan politik jumlahnya lebih dari 50 persen.

Oleh karena itu, pemerintah saat ini sedang menyusun data kebutuhan SDM di dunia kerja agar hasilnya nanti dapat dijadikan acuan untuk menyusun pola pendidikan dalam perguruan Tinggi.  “Hal ini menjadi penting sebab  perguruan Tinggi di Indonesia seharusnya menghasilkan lulusan yang siap untuk terjun mengelola potensi yang ada di Indonesia. Potensi yang besar di Indonesia tentunya adalah bidang pertanian dan kelautan. Potensi ini perlu dikelola penggunaan teknologi,” jelas pria yang juga rektor Universitas Trisakti Jakarta ini. Selain relevansi kompetensi, perguruan tinggi juga harus merumuskan proses pendidikan yang dapat membangun karakter para peserta didiknya. Sebab karakter merupakan satu modal penting untuk kesuksesan seseorang.  “Jika bangsa Indonesia ingin unggul, harus memiliki karakter yang berkualitas” tutupnya. (republika.co.id)