WiGa,-Memenuhi kebutuhan transformasi digital, Indonesia membutuhkan generasi muda yang mampu bersaing secara global. Sebab itu, Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Budi Jatmiko menekankan perguruan tinggi harus mampu menghasilkan lulusan yang mampu bersaing pada masa depan. “Kita harus akui bahwa produktivitas dan pembayaran kita rendah. Produktivitas rendah akan digantikan oleh robot pada masa depan. Oleh karenanya, perguruan tinggi jangan memproduksi insinyur yang tidak bisa ngapa-ngapain,” katanya.

Budi menjadikan pekerjaan tol sebagai contoh pergantian tenaga manusia dengan teknologi. “Saya khawatir perguruan tinggi dan anak didik tidak siap menghadapi era disrupsi,” tambahnya.

Menilik masalah tersebut, menurut dia, diperlukan strategi perguruan tinggi sehingga bisa menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di era disrupsi. Pasalnya, petugas pintu tol bukan satu-satunya pekerjaan yang digantikan dengan tenaga mesin. “Perlu adanya revolusi di pendidikan tinggi agar kita bisa bersaing,” katanya lagi. Tidak hanya itu, ia juga meminta Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) untuk membatasi jumlah mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit. Dengan begitu, PTN bisa fokus kepada riset. “Dengan membatasi mahasiswa di kampus negeri. maka otomatis akan lari ke swasta. Dari itu semua, kita fokus ke Tri Dharma perguruan tinggi,” tutur dia.

Senada dengan itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyatakan kesiapannya dalam mengubah regulasi agar sesuai dengan perkembangan zaman. Ia juga mengatakan, inovasi sangat dibutuhkan untuk mendorong kemajuan pendidikan tinggi.“Negara yang besar bukan dilihat dari penduduknya saja, namun dari inovasi yang dihasilkan. Ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing suatu bangsa di segala aspek. Program studi di perguruan tinggi juga harus berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman,” tutup Nasir. (okezone.com)