Kampus adalah prototype negara bagi mahasiswa. Kampus adalah pesemaian yang subur bagi mahasiswa untuk mengasah karakter politiknya sebelum terjun di masyarakat. Pemilihan Umum Mahasiswa (Pemilu-M) baru saja usai digelar oleh Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Widya Gama Lumajang. Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Mahasiswa berjumlah 2.186 orang yang tersebar pada Prodi Akuntansi (460), Prodi Manajemen (1.581), dan Prodi Informatika (145).

Pemilu Mahasiswa untuk memilih Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) ibarat memilih senator yang akan duduk di kursi legislative. Partisipasi mahasiswa dalam Pemilu-M perlu memperoleh perhatian. Hal ini  mengingat kampus merupakan tempat penguatan karakter bagi mahasiswa sehingga saat inilah memantapkan wawasan kebangsaan dan bela negara menjadi penting bagi mahasiswa.

Partisipasi mahasiswa dalam Pemilu-M semestinya membuat partisipasi mahasiswa di masyarakat dalam konstelasi   di berbagai Pemilihan Umum  lain  menunjukkan signifikansi. Untuk itu  perlu membangun rasa peduli mahasiswa akan menyebabkan agar tingginya angka Golput pada Pemilu Pilpres dan Legislatif 2024 menjadi  terelakkan. Jika kesadaran politik mahasiswa tidak dibangunkan dari zona apatis, bukan tidak mungkin keberadaan mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat akan sia-sia hak suara yang dimiliki. Bukankah keberadaan mahasiswa sangat signifikan sabagai agent of change?

Mahasiswa tahun akademik 2023/2024 sebagaian besar didominasi mereka yang lahir tahun 1997-2012. Mereka dikenal Generasi Z (Gen-Z). Gen-Z memiliki kemampuan ketrampilan teknologi, generasi yang kreatif dan memiliki keberanian menghadapi perubahan. Gen-Z di Indonesia sekitar 27,94% memiliki jumlah strategis di masa mendatang. Mereka akan menjadi kunci dalam perkembangan ekonomi, sosial dan politik. Eksistensinya akan dipertaruhkan beberapa tahun mendatang. Sadarkah mereka akan posisi dirinya? Siapkah mereka menerima tongkat estafet kepemimpinan mendatang? Sederet pertanyaan menggelitik dalam proses kaderisasi generasi dalam berbangsa dan bernegara Indonesia.

Mahasiswa adalah agen perubahan. Pemahaman mahasiswa terhadap makna bela negara haruslah utuh. Mahasiswa  harus mampu diimplementasikan dalam bentuk memaknai “bela negara”. Menjadi mahasiswa yang gemar membaca, menjunjung tinggi etika akademik, berprestasi dimasing-masing bidang keahlian juga merupakan bentuk bela negara seorang mahasiswa. Mahasiswa yang mengerti arti bela negara, mereka tidak akan malas, tidak suka nerobos dan tidak hypokrit. Perlawanan terhadap nilai-nilai negatif tersebut akan menjadi suar bagi generasi muda lainnya bahwa menjadi profesional dan bertanggung jawab pada setiap bidang kerja masing-masing adalah bentuk riil dari bela negara.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kampus adalah little state bagi mahasiswa. Pemahaman secara utuh terhadap empat pilar bangsa adalah penting. Rangkaian dari Pancasila, UUD Negara RI Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika adalah penting mendapatkan pemaknaan yang benar. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah kristalisasi nilai luhur bangsa Indonesia. UUD Negara RI Tahun 1945 adalah ketentuan normatif dalam berbangsa dan bernegara. Idiom NKRI adalah semangat menjaga dan mewujudkan persatuan dan kesatuan segenap komponen bangsa. Sememntara Bhinneka Tunggal Ika adalah ruh bangsa ini dalam merajut harmoni dalam berbagai perbedaan yang menjadi pondasi berdirinya negara Indonesia. Hal ini akan menjadi menarik ketika mahasiswa tahun ini berada di tahun politik menjelang Pemilu Presiden dan Legislatif.

Pemilu 2024 menempatkan pemuda menjadi obyek signifikan yang diperebutkan untuk mendulang suara. Pada saat demikian dibutuhkan kecerdasan intelektual mahasiswa dalam menilai calon Presiden-Wapres serta kandidat yang akan duduk di legislatif maupun DPD. Alat ukur pertama yang dapat digunakan untuk menentukan pilihan adalah konsep kepemimpinan nasional yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara. Yaitu seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi masyarakatnya, mampu membangun semangat serta beritikad baik untuk memberikan dorongan kepada pihak lain untuk maju (ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani).

Beberapa tips yang dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai alat bantu dalam berpartisipasi di Pemilu 2024. Tips dimaksud yaitu: 1)pastikan sudah tercatat sebagai pemilih dan segera komunikasi dengan pihak terkait jika beluma terdaftar, 2)memastikan niat untuk tidak golput (tidak memilih dengan berbagai alasan). 3)menyadari bahwa satu suara anda akan ikut menentukan nasib bangsa dan masa depan kalian, 4)pelajari rekam jejak paslon, partai pengusungnya dan konsistensinya dalam sejarah perjuangan dan pembangunan bangsa, 5)cek dan recek setiap isu yang muncul di medsos, 6)gunakan logika berpikir dan akal sehat, dan 7)sesuaikan dengan hati nurani sebagai representasi kalian sebagai pemuda dan bagian masyarakat ilmiah.

Sudah saatnya generasi muda untuk tampil dan bertarung di level kepemimpinan nasional. Pemilu 2024 merupakan batu uji sejarah atas kehadiran pemuda secara utuh sebagai subyek pembangunan. Pemilu 2024 kedudukannya sangat strategis bagi generasi muda Indonesia seluruhnya dimasa mendatang. Semoga pintu itu menjadi jembatan emas  bagi siapapun pemuda Indonesia untuk mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin bangsa.

Menyadari tidak mudahnya bagi pemuda untuk tampil mandiri dengan kualitas diri yang memadai dalam proses pemilu, maka penguatan SDM pemuda menjadi kebutuhan penting. Namun disisi lain perlu dipertimbangkan secara utuh peran partai dalam semua proses munculnya pemimpin disetiap level pemerintahan. Partai wajib menjamin regulasinya agar kader muda dapat mencapai puncak karir politik berdasar keadilan dan fairplay. Pemuda saat ini telah memiliki cara tersediri dalam memandang proses perubahan menuju Indonesia yang adil dalam kemakmuran, dan makmur dalam keadilan. Di bumi yang berputar pasti ada dinamikanya dan pemuda selalu menjadi ikon yang menarik.

Problematikanya adalah, masih rendahnya kesadaran berorganisasi mahasiswa. Sehingga kesempatan untuk belajar learning by doing bagi mahasiswa tidak berjalan mulus. Padahal banyak tokoh yang yang sukses selalu berawal dari seorang aktivis organisasi ketika mahasiswa. Rendahnya partisipasi dalam Pemilu-M merupakan alat ukur awal rasa memiliki terhadap perkembangan kampus. Dalam hal ini merupakan PR bagi ormawa untuk menguatkan proses pembinaannya. Pembinaan yang mengarah pada karakter positif dan nilai-nilai kebaikan. Jika hal ini telah dipersepsikan sama, maka keberadaan ormawa akan linier dengan semangat nilai-nilai kebaikan, ketertiban dan penguatan karakter positif. Akhirnya ormawa akan menjadi pilihan bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya dalam menyongsong pembangunan manusia seutuhnya untuk mewujudkan keadilan sosial. Kita menjadi ingat pesan Panglima Besar Jenderal Sudirman, “Banyak orang menyebut penderitaan mereka sebagai nasib, namun sesungguhnya penderitaan adalah akibat kebodohan mereka sendiri”. Wahai mahasiswa, mari kita wujudkan postur mahasiswa berkualitas dan berkarakter dengan tidak berpangku tangan dimasa muda. Tempahlah dirimu dengan  keras agar dikemudian hari tercapai kebahagiaan. Tinggalkan zona nyaman yang menjadi racun dalam kehidupanmu, bangkit dan berprestasilah .  ( Dr. Muchamad Taufiq, S.H., M.H, Dosen Tetap Yayasan, Koordinator Pengajar Pancasila & Kewarganegaraan serta  Fasilitator Leaderships Management Bersertifikat).