Era digital memudahkan para pelaku UMKM mengenalkan produk unggulannya melalui beragam platform online. Namun di balik kemudahan itu, kualitas produk kini menjadi sesuatu yang diperhitungkan. Semakin produk tersebut memiliki ciri khas dan keunikan, potensi peminatnya semakin tinggi.

Melalui matching fund, progam Kemendikbud 2021 ITB WiGa Lumajang menerjunkan dosen dan mahasiswanya untuk mendampingi UMKM Kampoeng Batara di Banyuwangi. Salah satu terobosan yang patut diacungi jempol adalah mengombinasikan kerajinan bambu dengan kain batik yang ada di Banyuwangi menjadi produk baru yang ciamik.

Rektor ITB WiGa Lumajang Dr. Ratna Wijayanti Daniar Paramita, S.E., M.M. selaku Ketua Pemenang Hibah Matching Funds mengatakan, secara sistematis ada tiga kegiatan yang diberikan pada Kampoeng Batara. Pertama, melakukan pelatihan untuk merangsang inovasi produk. Kedua memfasilitasi platform digital marketing, terakhir memberi pelatihan akuntansi secara sederhana.
“Produk itu kami inovasikan, antara kain batik dengan kerajinan bambu. Batik yang digunakan ialah batik khas Banyuwangi salah satunya batik godho. Berikutnya, kami menyiapkan sarana penjualan bagi UMKM melalui website. Ini produk baru yang memiliki value added atau nilai jual lebih karena sentuhan inovasi,” katanya

Wakil Rektor I ITB WiGa Lumajang Noviansyah Rizal, S.E. M.M., Ak., CA., C.FrA. selaku anggota pemenang Hibah Matching Funds menambahkan, pengrajin bambu dan kain batik hampir menjamur di berbagai daerah. Namun, jika itu dikombinasikan dengan baik akan menjadi inovasi yang mampu menguasai pasar. Sebab, produk tersebut memiliki ciri khas yang unik.
“Sejauh ini dari hasil penjualan di pasar dalam lingkup kecil, respons pembeli sangat bagus. Bahkan naik kelas dan sudah ada pangsa pasarnya sendiri. Tapi kami akan uji cobakan lagi, nantinya produk ini kami jual melalui marketing digital. Sebelumnya hanya menguasai pasar dalam daerah, sekarang sudah tembus pasar luar daerah,” ujarnya.

Founder Kampoeng Batara Widie Nurmahmudy mengatakan, Kampoeng Batara merupakan wadah untuk menampung semua kegiatan yang fokusnya adalah edukasi dan mengenalkan potensi local. Salah satu materi pembelajarannya adalah kerajinan tangan.
“Tujuan utamanya adalah meyakinkan ternyata kerajinan yang ada di sini itu dapat menghasilkan pendapatan dan nilai ekonomi untuk masyarakat. Sehingga kami menganggap itu perlu dikenalkan pada masyarakat dari usia dini agar tidak melupakan akar dalam membangun budaya yang dikemas dengan edukasi,” pungkasnya.

ITB WiGa Unggul, Berkarakter dan Berkualitas.